B. Indonesia

Pertanyaan

Tolong buatlah cerpen tentang tema anak palestina. Tolong buatkan ini tugas penting dari guru. tolong ya

1 Jawaban

  • Sepenggal Kisah dari Palestina

    Cerpen Karangan: Salsabila Azzahra
    Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Kehidupan, Cerpen Sedih
    Lolos moderasi pada: 20 February 2013

    Hai, aku adalah seorang anak yang hidup di Palestina. Seperti yang kalian tau, kami hidup di tengah peperangan. Keluar rumah adalah hal yang menakutkan bagi kami. Kami tidak bisa bebas bersekolah seperti kalian. Kami harus sangat hati-hati, jangan sampai bom-bom tentara Israel mengenai kami. Aku hanya tinggal berdua dengan ibuku. Ayahku telah menghembuskan nafas terakhirnya 3 bulan yang lalu akibat terkena serangan udara Israel. Kami tinggal di tenda pengungsian. Kami tak bisa tidur dengan tenang akibat suara-suara bom yang selalu mengejutkan kami. Walau sekolah adalah hal sulit, aku dan teman-temanku tetap belajar pada seorang guru, yaitu Mr. Habib, seorang warga negara Mesir. Kami belajar di sebuah tenda pengungsian.

    “Ahmad! Ayo kita berangkat.” Ujar salah satu temanku, Husein.
    Aku, Husein, Fatimah, Ali, dan teman-teman lainnya begegas masuk ke sebuah tenda. Lalu kami duduk berbaris.
    “Assalamualaikum. Apa kabar?” tanya Mr. Habib.
    “Waalaikumsalam, baik!” ujar kami bersemangat.
    “Mister, kita belajar apa hari ini?” tanya Fatimah.
    “Kita akan belajar sejarah” jawab Mr. Habib.
    BUUUUUUM!! DAAAAARRR!!!
    Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang menakutkan. Kami semua terkejut. Humaira mulai menangis ketakutan. Fatimah mencoba menenangkannya.
    “Allahu akbar! Anak-anak tenang!” ujar Mr. Habib.
    “Mister, sepertinya tentara Israel menyerang lagi!” seru Ali.
    “Anak-anak, jangan ribut! Tenangkan diri kalian!” ujar Mr. Habib lagi.
    Anak-anak perempuan menggenggam erat tangan Mr. Habib. Kami, anak laki-laki saling berpegangan tangan.
    “Keluar!!!” seru tentara Israel sambil memaksa masuk ke tenda kami.
    “Baik..”jawab kami. Kami semua keluar dari tenda.
    “Nah, kalian pulang ke orangtua masing-masing, ya. Jangan berkeliaran di luar lagi” perintah Mr. Habib pada kami.
    Kami pun berlarian masuk ke tenda-tenda pengungsian.

    Seminggu kemudian…
    “Ahmad, ibu akan ke pos sembako sebentar, ya. Kamu tinggal di tenda saja, jangan kemana-mana.” Pesan ibu siang itu.
    “Baik, bu. Ibu, hati-hati, ya!” jawabku.
    Lalu ibu keluar dari tenda pangungsian. Aku memandangi kepergian ibu sambil berharap dalam hati, ibu akan kembali dengan selamat dan tidak apa-apa.
    “Hei, ayo kita ke pojok sana.” Ajak Ali mengagetkanku.
    “Untuk apa?” tanyaku.
    “Kita meminta sedikit makanan pada relawan itu. Aku lapar sekali.” Ali menjelaskan.
    “Ayolah, aku juga sangat lapar dan belum makan dari kemarin siang.” Jawabku.
    Aku dan Ali menghampiri dua orang relawan yang sedang memasak mie instan.

    

    Hari sudah malam. Tapi, ibu belum juga kembali. Aku mulai gelisah. Kulihat teman-temanku sudah tertidur. Hanya Humaira saja yang belum. Walaupun tidur, kami tidak tertidur pulas. Karena, kami harus segera bangun jika ada serangan mendadak.
    “Humaira, belum tidur?” tanyaku pelan.
    “Belum Ahmad. Belum mengantuk. Kamu?”
    “Aku tak bisa tidur. Aku gelisah karena ibu tak kunjung kembali sejak tadi siang.”
    “Memangnya Umi Khadijah kemana?”
    “Tadi, ibu bilang akan ke pos sembako sebentar.”
    “Sabar, ya. Kita berdoa saja agar Umi Khadijah tidak apa-apa.” Hibur Humaira.
    “Iya.”
    “Sudahlah, ayo tidur.”
    “Tapi, perasaanku tak enak.”
    “Ahmad, aku tidur duluan ya.” Ujar Humaira.
    Aku mengangguk pelan. Aku masih tak mengantuk sama sekali. Ya Allah, apa yang telah terjadi? Mengapa perasaanku tak enak? Ya Allah, aku mohon selamatkan ibu. Jangan ambil ibuku sekarang. Aku berdoa dalam hati.

    Pagi pun datang. Matahari telah menampakkan dirinya di ufuk timur. Tapi ibu tak juga kunjung kembali. Akhirnya, aku sarapan bersama Ali daan Humaira. Sarapan kami hanya seperempat bungkus mie instan dan segelas kecil air putih. Kami tak punya susu segar di pagi hari seperti yang biasa kalian minum.
    Usai sarapan, kami duduk-duduk

Pertanyaan Lainnya