Sejarah

Pertanyaan

Jelaskan langkah presiden sebelum menjalani pengasingan

2 Jawaban

  • Menurut cerita Soekarno kepada wartawati Amerika, Cindy Adams, yang menulis otobiografi­nya, Ende pada pertengahan 1930-an mempunyai penduduk tidak lebih dari 5.000 orang. Tidak ada bioskop, tidak ada perpustakaan umum, tidak ada pusat hiburan apa pun, dan terbanyak penduduk masih buta huruf.

    Gereja Katolik memang sudah masuk ke Nusantara pada pertengahan pertama abad ke-16, dengan pusat-pusat pertama di Maluku, Flores, Solor dan Timor. Ketika Fransiskus Xaverius berkarya di Maluku (1546-1547), diperkirakan dari antara 150.000 penduduk kepulauan itu, sudah ada 30.000 umat Katolik. Di Flores, Solor dan Timor misi dijalankan oleh para biarawan Dominikan, yang datang bersama armada dagang Portugis. Namun demikian, ketika VOC mulai berkuasa di Hindia Belanda, dikeluarkan larangan untuk masuknya imam-imam Katolik, karena yang boleh menjalankan kegiatan penyebaran agama di sana hanyalah Gereja Reformasi. Larangan itu berlaku dari tahun 1602 sampai 1799. Baru kemudian karena pengaruh Revolusi Prancis 1789, larangan ini dihapus pada 1796, dan pada tahun 1808 Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels menerima kedatangan imam-imam Katolik.

    Ketika Soekarno tiba di Ende pada 1934, Flores dan Timor sudah menjadi wilayah misi biarawan SVD (Serikat Sabda Allah), setelah terjadi peralihan misi dari para biarawan Jesuit ke tangan SVD. Pada tanggal 1 Maret 1913 di Lahurus, Timor, pulau Timor diserahkan kepada SVD yang diwakili oleh P. Piet Noyen SVD. Peralihan ini mendapat persetujuan Mgr Luypen di Batavia.

    Setahun berikutnya, pada 1914 Flores juga diserahkan oleh Serikat Jesus kepada para biarawan SVD, setelah menarik kembali 12 imam dan 9 bruder Jesuit. Serah-terima ini membutuhkan waktu. Dua imam Yesuit, P. Hoeberechts SJ dan P. van de Loo SJ, baru meninggalkan Larantuka di Flores Timur pada 1917, sedangkan empat imam Jesuit dan dua bruder Jesuit meninggalkan Sika-Maumere dan kembali ke Jawa pada bulan Desember 1919 dan Februari 1920.

    Para biarawan SVD kemudian melanjutkan pembangunan Gereja Katolik di Ende. Paroki pertama di Ende terbentuk pada 1927, dan seorang pastor paroki pertama di sini adalah P. G. Huijtink SVD yang menjadi teman akrab Soekarno. Persahabatan ini awalnya karena Asisten Residen di Ende meminta P. Huijtink membaca naskah-naskah sandiwara yang dikarang oleh Soekarno dan dipentaskan di Ende, dan bila perlu melakukan sensor atas naskah-naskah itu agar tidak bertentangan dengan kepentingan pemerintah Belanda. Sensor itu tidak pernah dilakukan, tetapi hubungan Soekarno dan Huijtink menjadi dekat. Pada akhir pekan, kalau Pater Huijtink keluar kota untuk mengunjungi stasi-stasi, kunci kamarnya di Biara Santo Yosef diserahkan kepada Soekarno, yang boleh memanfaatkan perpustakaannya selagi dia bepergian.

    SEMOGA MEMBANTU
  • Soekarno tidak ingin tergesa gesa dalam melakukan proklamasi sehingga terjadi perdebatan antara gologan muda dengan gologan tua

Pertanyaan Lainnya